Assalamualaikum~
Salam sejahtera dan Rahayu~
Sebelum memasuki bahasan pokok, saya mau bilang bahwa judul itu hanya soal rima, ya. Kata "mendayu" berkaitan dengan suara senandung sayup-sayup, jadi sebenarnya enggak terlalu cocok kalau disandingkan dengan prosa ungu yang lekat dengan kata-kata. Hehehe π
Nah, pernahkah kalian mendengar tentang purple prose atau prosa ungu?
Pernahkah kalian membaca cerpen atau novel yang penulisannya boros, berbunga-bunga, diksi penuh metafora, dan secara umum berlebihan? Itulah yang disebut prosa ungu. Nah, kalau misalnya bagian yang berbunga-bunga ini hanya terletak di satu atau beberapa bagian saja dari keseluruhan cerita, bagian yang memuat metafora dan diksi berbunga-bunga ini disebut purple patches atau purple passages.
Dikutip dari Urban Dictionary, prosa ungu adalah tulisan yang penulis gunakan dengan sangat berbunga, deskriptif, dengan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata (atau deskripsi) tersebut tidak menambah cerita dan biasanya digabungkan karena penulis merasa tidak cukup bagus dalam menggambarkan ceritanya sehingga merasa perlu menambahkan citra yang berlebihan untuk menutupi kekurangannya. Dalam situs itu disebutkan bahwa contoh utama dari prosa ungu adalah "Twilight" dan "Fifty Shades of Grey". Novel ini penuh dengan prosa ungu karena penulis menggunakan sekumpulan metafora dan kata sifat secara berlebihan sehingga mengalihkan perhatian pembaca dari alur cerita.
Perhatikan kalimat ini:
Bandingkan dengan ini:Dia berjalan ke beranda sembari melihat sekeliling.
Lihat bedanya? Yang pertama adalah kalimat yang dituturkan secara biasa, sedangkan yang kedua itulah yang dimaksud dengan purple prose.Dengan langkah pelan, perempuan yang rambutnya dibiarkan tergerai itu mengendap-endap ke beranda dengan kedua mata tak henti memperhatikan sekelilingnya dengan tatapan cemas.
Contoh lain, bisa kalian baca di Flash Fiction yang saya tulis ini:
Kamu dan Malam
Penjelasan juga akan saya berikan di sana.FAQ: Apakah purple prose itu buruk?
Nah, jawabannya tergantung. Tergantung cara penulis mengolahnya. Tergantung selera pembaca. Tergantung siapa yang menulis dan siapa yang membaca.
Jika ditulis dengan cukup baik dan tidak terlalu berlebihan (misalnya, tidak disebarkan di keseluruhan cerita), mungkin saja itu bisa menjadi purple patch yang bagus. Bahkan, jika seluruh novel ditulis dengan teknik purple prose pun, selama itu memenuhi selera pembaca, tetap saja itu baik bagi pembaca yang menyukainya. Faktor "orang di baliknya" pun bisa memengaruhi. Misalnya kamu nge-fans berat dengan seorang penulis. Maka, sekalipun tulisan berbunga-bunga, boros diksi, penuh metafora, dan secara umum berlebihan, saya yakin kamu akan tetap membelinya. Begitu pun sebaliknya. Jika penulisnya adalah orang yang tidak kamu sukai, sebagus apa pun tulisannya saya ragu kamu akan tertarik.
Jadi, apakah purple prose itu buruk? Tergantung. π
*Meg, 3 Januari 2018
saya adalah tipe orang yang gak bisa bikin ginian hahaha XD
ReplyDeleteHaha, menulis dengan gaya sendiri saja. ^^
Deletemakasih sharingnya, bermanfaat krn aku juga baru tahu
ReplyDeleteSama-sama, :)
Deleteterimakasih atas infonya. Sangat bermanfaat
ReplyDeleteTerima kasih kembali. ^^
Deleteapa bedanya dengan showing, kak?
ReplyDeletetoo much show with too much flowery words = purple prose
Delete^^
Thanks Kak ilmunya. Kalo ada waktu, mampir ke rumah π
ReplyDeletesiap, sama-sama... ^^
DeleteSusyah bikin terlalu berbunga-bunga, diksiku selalu sederhana hahahah
ReplyDeleteHahaha π
DeleteDan ini kunjungan Januari lalu, astaga. Maafkan daku yang habis ganti domain malah tenggelam. π
Makasih infonya ya mba.
ReplyDeleteTerima kasih kembali, Kak. ^^
DeleteKerennnn...aku baru tau. Makasih.
ReplyDeleteTerima kasih sudah mampir. ^^
DeleteTerima kasih kak, secara gag langsung saya sering bikin ginian di karya saya, hehehehh
ReplyDeleteTapi gag tau kalau itu namanya prosa ungu hihihi
Kalau enggak terlalu flowery masih aman, Kak. Bisa jadi hanya showing. Tapi, kalau sudah seperti contoh prosa ungu yang saya selipkan di link itu (yang judulnya "Kamu dan Malam") itu sudah masuk prosa ungu. ^^
DeleteSayangnya aku jarang banget pakai prosa ungu ini soalnya gak bisa tjakep gitu, malah kesannya kalau aku yang nulis jadi lebay parah. Majasnya cuma sesekali aja dipakai gak harus semuanya soalnya ntar aku yang anu sendiri sama tulisanku, kemampuan masih amburadul bikin yang terkesan bagus bukan malah jadi lebay hahahaha. Malah curhat. Makasii infonya Kakak.
ReplyDeleteHahaha, terima kasih sudah mampir, Kak. π
DeleteOh gitu jd kesimpulannya prosa itunkayak melebaykan kata yah
ReplyDeleteSaya type yang entah kenapa banyak purple patchnyaπ
ReplyDeleteAku kalo pake purple prose malah terkesan lebay gitu, Kak ToT, enggak ada indah-indahnya.
ReplyDelete