Malam itu seperti malam-malam sebelumnya. Angin
mengembus dingin, mendesau-desau menghadirkan gigil. Tak terlalu menggigit
untuk bisa mengoyak jaring laba-laba di reranting yang kehilangan daunnya. Namun,
cukup anggun untuk melagukan tembang kelam serupa kematian.
Kamu berdiri di puncak menara. Matamu muram dibengkalai kehidupan. Kamu pandangi kabut yang bekerlip resah dalam pucat kelindan malam. Kamu sesap setiap rasa setiap aroma perkusi malam.
Malam itu seperti malam-malam sebelumnya. Sesorah serigala ramai menghujat purnama. Ah, benar. Setiap malam adalah purnama. Mereka—serigala dan purnama—serupa anak-anak yang tersesat. Berkeliaran menerobos ambang waktu. Atau, justru kamu yang terperangkap?
Malam itu seperti malam-malam sebelumnya. Atau, sebelumnya. Atau, sebelum sebelumnya. Atau bahkan, sebelum sebelumnya sebelumnya lagi. Kamu melangkahkan kaki-kaki pucatmu melewati batas tepi. Di puncak menara kamu mengundang sunyi. Dan, dingin malam menyambutmu serupa saltasi. Merengkuhmu dan menghantarmu secepat ilusi. Menyibak angin menyeruak kabut. Dingin tanah lembap berserak dedaunan kering mengecupmu lembut.
Kamu nyalang. Menantang jendela-jendala kelam yang menatapmu nanar. Tubuhmu membeku. Asin. Merah pekat itu memoles pipimu yang menyatu dengan tanah dan dedaunan. Menyentuh bibir ranummu dan mewarnainya serupa gincu. Memahkotai kepalamu seperti diadem menyelip di antara rambutmu.
Kastel tua itu mengabur, dalam pandanganmu yang kian menakur. Kamu merasa kelopak matamu mulai berat. Berselimut kabut dan dendang angin, kamu memejamkan mata. Akhirnya....
Kamu tersenyum. Dipeluk purnama, kamu terlelap. Dan, esok... ketika purnama menggelayuti langit muram, kamu akan terbangun, lagi, seperti malam-malam sebelumnya, dalam kamarmu yang bertilam putih bertabur mawar semerah luka. Dan, seperti malam-malam sebelumnya, kamu akan menggapai puncak menara. Dan, sekali lagi, angin dingin dan kabut basah akan merengkuhmu. Dan, kamu terus bertanya-tanya, masihkah kamu manusia?
***
Hazuki Auryn, 08 Mei 2013
FF di atas termasuk kategori Purple Prose. Selengkapnya mengenai Purple Prose, baca di sini:
Prosa Ungu: Pengertian dan Contoh
Dalam bentuk biasa tulisan di atas akan seperti ini:
👇👇👇👇👇
Seperti biasanya, malam itu angin dingin berembus. Kamu berdiri di puncak menara, menatap kosong pada kabut. Di kejauhan, terdengar serigala melolong sementara bulan purnama tampak pucat di langit. Kemudian, seperti biasanya, kamu melangkah ke tepi menara dan melompat. Jatuh. Jatuh. Dan, tubuhmu berhenti meluncur saat mencapai tanah. Matamu terbuka lebar, menatap ke arah jendela kastel yang tampak kelam. Darah mengalir dari kepalamu. Kemudian, kamu merasa matamu makin berat hingga kamu memejamkannya. Dan, begitu membuka mata esok, kamu akan mendapati dirimu tertidur di kamar yang sama, dan kembali melakukan hal yang sama. Dan, kamu pun bertanya-tanya, masihkah kamu manusia?
👆👆👆👆👆
keren (y)
ReplyDeleteKeren banget ka, kata2nya yang di atas.
ReplyDeleteGimana caranya kak, biar show kita bener-bener jalan. Sampai bener-bener kebayang jelas di kepala? Adakah tips tertentu?
#ngefans bgt ama kk ana. 😍😍😍
Terima kasih.... ^^
DeleteItu purple prose, tidak terlalu disarankan dalam tulisan.
kalau diselipkan dalam fantasi gimana? saya punya stori purple prose tapi hanya di beberapa bagian untuk menonjolkan suatu adegan yang intens. jujur, banyak reader yang protes karena tak paham, tapi tanpa purple prose, beberapa tulisan akan terasa hambar
DeleteSelama diolah dengan baik, insyaallah hasilnya akan oke, kok.^^
DeleteDiksi dan rimanya asyik, saya jadi terhanyut dan ini sangat twist ending.
ReplyDeleteTerima kasih. ^^
DeleteMakasih kakak,sangat membuka wawasan,aku sedang mulai ikut kelas literasi,tugas awal udah bikin 2cerpen,rupanya keduanya prosa ungu,astagaaa....semoga bisa keluar dari zona itu,bahaya ya kak buat buat pemula?
ReplyDeleteSebenarnya tidak apa-apa, Kak, menulis prosa ungu. Terima kasih sudah berkunjung. ^^
DeleteWah perbedaannya sangat klihatan yahh,,,, harus banyak2 membaca nih kayaknya agar shownya terlatih
ReplyDeleteDua-duanya bagus sihhh. Kereeen.
ReplyDeleteAku yang susah pada mengolah diksi kak.
ReplyDelete