Skip to main content

[WRITING] YUK, KITA NGOMONGIN FLASH FICTION! ^^


Ketika tiba-tiba saya terinspirasi untuk menulis tentang Flash Fiction, anggap saja saya lagi kerasukan Dewi Pagi! πŸ˜„

Semacam telat banget, ya. Padahal, sudah sejak lama saya berkutat di sekitaran FF ini, tapi baru sekarang mau ngomong. Andaikan ini pernyataan cinta, tentu si doi yang diincar sudah bai-bai kelamaan nunggu. #abaikan πŸ˜…

Untuk kalian yang sudah khatam bab FF, bantu koreksi saya, ya, kalau saya mulai ngawur. Dan, untuk kalian yang baru mau kenalan sama FF, mangga... bisa dibaca tulisan (nggak meyakinkan) soal FF ini.

Apakah yang dimaksud dengan Flash Fiction?

Jadi, ehm, sesuai namanya... Flash Fiction atau yang biasa disingkat FF (bukan fanfic, lho, ya!) ini merupakan cerita pendek super singkat yang panjang umumnya sekitar 200-500 kata. Saking pendeknya, sebuah FF bisa dibaca habis (selesai) dalam waktu kurang dari lima menit. Flash banget, deh!

[Baca: Pengertian dan Contoh Flash Fiction]

Apa saja unsur-unsur Flash Fiction?

Sesuai dengan pengertiannya, unsur dalam FF yaitu singkat, padat, dan twisted ending. Cerita nggak bertele-tele. FF beda dengan cerpen apalagi novel. Jika sebuah fiksi (cerpen atau novel) punya tahapan perkenalan, konflik, klimaks, anti-klimaks, penyelesaian, maka dalam FF hanya ada konflik dan klimaks. Iya, begitu saja. FF biasanya dimulai dengan konflik cerita. Dan, nggak ada juga sampiran-sampiran. Karena apa? Sudah jelas, ya, FF ini cerita super singkat yang kuota kata-nya pun terbatas. Lha, kalau dengan batasan jumlah kata segitu lalu pakai sampiran menye-menye segala, pora ya habis cuma buat sampiran doang itu kuota. Ya, toh?

[Baca: Teknik Menulis Show don't Tell + Contoh]

Lalu, yang nggak kalah penting dalam unsur FF adalah twisted ending. Secara harfiah, twisted ending berarti akhir cerita yang dipelintir atau diputar. Maksudnya, akhir yang tak terduga, yang tak mudah ditebak dan akan mengejutkan pembaca. Misalnya, dari awal diceritakan tentang si tokoh utama melihat sosok A sedang menerima uang dari anak-anak jalanan. Pembaca pun digiring untuk berpikir bahwa si A ini adalah preman yang suka malak anak-anak dan maksa mereka buat ngamen. Tetapi ternyata, di akhir cerita ditunjukkan bahwa sosok A ini bukan preman dan bahkan nggak pernah malak anak-anak itu melainkan mereka sedang menggalang dana untuk bakti sosial. Nah, kira-kira begitulah, maksudnya twisted ending itu. Maaf, ya, bahasa saya belibet. Kalau dirasa gaje dan agak-agak ngawur, ada baiknya browsing di internet mengenai twisted ending ini.

Nah, kalau sudah paham apa itu FF, saatnya kita menulis!



Bagaimana membuat FF yang menarik?

Ini sebenarnya subjektif, ya. Apa yang menarik bagi saya belum tentu menarik pula bagi kalian. Tapi di sini, saya akan bagikan tips menulis FF yang menarik versi saya, ya.

#Satu: Awali dengan konflik

Ini sudah jelas, ya, sebagaimana penjelasan di atas. Opening menye-menye alias sampiran yang bertele-tele itu selain nggak penting, juga dapat menghabiskan kuota kata. Lagi pula, konflik sebagai pembuka cerita akan memunculkan pertanyaan dalam benak pembaca. Ini bagus untuk menggiring pembaca agar membaca FF sampai habis. Baca: [Flash Fiction] KETIKA BULAN MATI

#Dua: Gunakan dialog yang efektif

Buatlah dialog yang pendek, padat, dan sifatnya mengarahkan alur cerita. Jangan sebaliknya. Karena selain nggak efektif dan menghabiskan kuota, dialog yang terlalu panjang dan bertele-tele justru dapat mengaburkan cerita. Baca: [Flash Fiction] ITU

#Tiga: Pastikan memakai diksi yang tepat

Kalian tahu pedang bermata dua? Seperti itulah diksi, bisa jadi menarik atau sebaliknya, memperburuk sebuah cerita. Karena itu, pastikan memakai diksi yang tepat dan menempatkannya di tempat yang tepat pula. Baca: [Flash Fiction] ANAK PURNAMA

#Empat: Ending!

Ini penting. Kalian harus menentukan, ending yang jelas atau menggantung. Oh, dan jangan lupa, twisted ending bisa menjadi penutup yang ciamik untuk sebuah FF. Entah itu ending yang jelas atau menggantung, pastikan kalian membuat ending yang mengesankan pembaca. Baca: [Flash Fiction] SELAMAT TINGGAL, TEMANKU SAYANG!

#Lima: Endapkan - baca ulang - revisi

Setelah menulis sebuah FF, jangan terburu-buru mem-posting atau menyajikannya pada pembaca. Coba endapkan dulu, simpan beberapa waktu (bisa hitungan menit, jam, bahkan hari), lalu baca ulang. Pada saat proses membaca ulang ini, mungkin saja kalian menemukan plot hole, kesilapan EBI, atau typo. Di sini, kalian bisa merevisi atau menyunting tulisan kalian sebelum melemparnya pada pembaca. [Baca: Beberapa Kesilapan EBI dan Typo yang Sering Dilakukan Penulis Pemula]

#Enam: Minta feedback

Sudah melakukan 5 hal di atas? Maka, kini saatnya posting karya. Mintalah feedback dari pembaca. Tanggapan berupa komentar, kritik, maupun saran yang membangun sangat diperlukan untuk perkembangan kemampuan menulis kita. Tapi, jangan langsung terpuruk saat menerima kritikan tajam, ya! Anggap saja itu semacam batu asahan yang keras, yang justru dapat membuat pisau kalian semakin tajam.

#Tujuh: Terus berlatih!

Iya, apa gunanya banyak teori tanpa latihan? Jadi, teruslah berlatih dan percayalah, sepayah apa pun kalian pada awalnya, seiring berjalannya waktu kalian akan semakin mahir. Ini bukan omong kosong, lho. Saya sendiri dulunya juga... ehm, saking payahnya sampai-sampai saya sendiri malu kalau baca tulisan-tulisan lama saya (meskipun hingga sekarang juga saya masih merasa belum berkembang banyak, sih). [Baca: 12 Kiat Menulis untuk Meningkatkan Produktivitas]

Nah, begitulah kira-kira. Kalau menurut kalian ini cukup bisa dipercaya, kalian bisa mengikuti tips ini. Tapi, kalau kalian merasa ini terlalu ngawur dan nggak yakin, abaikan saja tips yang ditulis dengan bahasa belibet dan agak gaje ini. Ahaghaghaghag πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚ #nggelindingkabur

*Haz, 26 Maret 2017

Comments

Post a Comment