
Salam~
Pada pembahasan kali ini, saya ingin berbagi kiat menulis. Sumber materi ada di bawah, ya. Keep reading...! 😊
Rasa malas dan terlebih writer's block pasti merupakan momok tersendiri bagi seorang penulis. Setidaknya, bagi saya begitu. Meskipun saya masih sebatas penulis amatir. Hehehe. Selain writer's block, terkadang berbagai macam distraksi juga membuat tulisan kita terhambat. Entah itu karena lelah, pekerjaan di rumah, bahkan internet. Iya, internet ini (dan terutama medsos) bisa jadi distraksi yang sangat kuat dan sulit dihindari.
Nah, kiat-kiat berikut ini bisa membantu dalam meningkatkan produktivitas dalam menulis. Apa saja itu? Yuk, langsung kita tengok satu per satu! 😊
1. Menulislah ketika merasa grogi/canggung
Penelitian menyatakan bahwa kita bisa jadi lebih kreatif ketika kita berada pada fase yang sangat canggung. Terbiasa menulis tengah malam? Coba menulis di pagi atau sore hari. Terbiasa menulis di pagi hari? Coba sesekali menulis di malam hari.
2. Setel pengatur waktu
Kelola segala macam distraksi/gangguan dan hindarilah kelelahan menulis dalam ledakan singkat. Maksudnya, kita bisa istirahat sejenak saat menulis agar tidak kelelahan sehingga ide-ide yang ada di dalam benak kita bisa tetap terjaga. Tahukah kalian? Kelelahan juga bisa jadi pemicu buntunya ide. Jadi, ketika kita menulis selama 25 menit, kita bisa istirahat 5 menit. Saat istirahat ini, kita bisa menengok medsos, melihat-lihat internet, mengangkat jemuran, atau pekerjaan lainnya. Tapi ingat, jangan terlalu terlena. Jangan beristirahat terlalu lama atau ide-ide kita justru akan buyar.
3. Jadikan menulis sebagai pilihan
Tanpa kita sadari, "have to" list justru bisa membuat alam bawah sadar kita melakukan perlawanan, lho. Akibatnya, kita justru jadi menunda-nunda pekerjaan. Untuk mengatasinya, ubahlah cara pandang dan katakan pada diri kita, "Saya ingin menulis."
4. Membuat komitmen yang spesifik
Kelanjutan dari Kiat Nomor 3, buatlah janji yang lebih spesifik/tegas. Penelitian menunjukkan bahwa rencana tertulis meningkatkan tindak lanjut. Misalnya, setelah menulis hari ini, tulislah rencana untuk hari esok. Apa yang akan kita tulis besok? Berapa paragraf/berapa judul? Di mana akan kita posting/publish tulisan kita? Pukul berapa kita mulai menulis dan berapa lama? Pertanyaan-pertanyaan ini bisa membantu kita membuat janji yang lebih spesifik, dan membantu kita menindaklanjutinya esok hari.
5. Membagi proses dalam potongan-potongan kecil
Langkah-langkah kecil dapat mengurangi rasa cemas dalam menulis. Pisahkan antara membuat outline, menulis, merevisi, dan menyunting. Fokuslah pada bagian-bagian kecil seperti opening atau tajuk utama.
6. Penyaringan ide
Saat berada dalam mode berpikir disfusi (penyebaran ide, yaitu saat kita membiarkan pikiran kita mengembara), kita bisa mendapatkan wawasan baru. Alih-alih terlalu fokus menulis (kalau orang Jawa bilang, terlalu ngendeng), kita bisa membaginya dalam beberapa hari penulisan. Sehingga, di waktu-waktu istirahat itu kita bisa menyaring ide-ide yang berhamburan di dalam pikiran kita.
7. Ciptakan mood dalam menulis
Ritual tertentu dapat meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi. Apa yang bisa membuat mood-mu menjadi lebih baik? Secangkir teh? Cokelat hangat? Menyetel pengatur waktu? Apa pun itu bisa menjadi cara untuk meningkatkan mood sebelum mulai menulis.
8. Hindari lubang kelinci
Jangan menginterupsi/menyela alur penulisan untuk melihat bagian-bagian yang missed dari riset. Ini yang paling sering menyebabkan kita—terutama saya sendiri—terhenti menulis karena riset. Bahkan, terkadang kita justru terdistraksi terlalu lama saat berselancar di internet. Akibatnya, bisa jadi kita justru terkena writer's block. Untuk mengatasinya, saat menulis dan sampai pada bagian yang perlu riset lebih dalam, tulislah "TC" (to come) atau—ini yang biasa saya lakukan—tulis dengan warna merah dan tebal (bold). Nantinya, setelah selesai menulis, kita bisa kembali ke bagian yang masih missed itu.
9. Bangun jembatan untuk ditulis esok hari
Ketika kita menguras energi kita untuk menulis "hari ini", bisa jadi besok kita akan kesulitan untuk memulai lagi. Karena itu, berhentilah saat ide masih ada (belum habis), sehingga kita bisa selalu tahu apa yang akan kita tulis besok untuk melanjutkan tulisan kita.
10. Selamatkan draf yang gagal
Proyek yang tidak selesai merupakan pembunuh produktivitas yang sangat mematikan. Coba lihat lagi draf itu, carilah ide-ide yang bagus darinya, dan bekerjalah (mulai menulis) dari sana.
11. Pelan-pelan saja, alon-alon asal kelakon
Mengharapkan bisa menulis dengan kecepatan maksimum justru bisa menghambat alur penulisan. Sebaliknya, jadikan 90% sebagai tujuan menulis dan usir segala jenis distraksi/gangguan untuk meningkatkan kecepatan menulis.
12. Latih otot menulis
Kebiasaan yang teratur dapat membantu mengoptimalkan kinerja kita. Metode Kaizen menyarankan goals yang bisa dilakukan untuk tetap berpegang pada kebiasaan baru dan memperbaiki small process untuk meningkatkan kinerja. Kaizen merupakan istilah dalam bahasa Jepang yang bermakna "perbaikan berkesinambungan". Kaizen berpandangan bahwa hidup kita hendaknya fokus pada upaya perbaikan terus-menerus. Pada penerapannya dalam penulisan, kaizen mencakup pengertian perbaikan berkesinambungan yang melibatkan seluruh proses penulisan, mulai dari ide/proses terkecil hingga pengeksekusiannya dalam bentuk tulisan.Itulah 12 Kiat Menulis (yang luar biasa) untuk meningkatkan produktivitas. Sumber materi saya dapat dari sini (lihat gambar di bawah). Bagaimanapun, itu semua hanyalah teori. Selama kita tidak melakukannya, tentu kita tidak bisa berkembang pesat seperti yang diharapkan menjadi hasil dari 12 Kiat Menulis ini. Intinya, practice makes perfect, as long as we ain't do it, it's just a piece of theory.
Jadi... inti dari semua ini adalah PRAKTIK. Apa gunanya membaca banyak sekali teori tanpa praktik? Hanya jadi pepesan kosong. Iya, kan? Share postingan ini jika kalian setuju! 😇
Haz, 30 Oktober 2017
![]() | |
the sources |
Assalamu 'alaikum. Saya mau minta sarannya. Saya ingin menulis novel fiksi, tapi dengan tekhnik kepenulisan yang lebih berwarna, seperti novel ayat-ayat cinta. Gaya kepenulisan saya mirip-mirip Habiburrahman Al shirazy. Saya sangat senang membaca karya-karya beliau, tulisannya sangat berkualitas. Namun, jika diteliti, kok jadi terkesan menggurui ya!? Banyak dialog yang tidak proporsional karena terlalu memaksakan unsur dakwah. Nah, pertanyaan saya, adakah tips untuk mengatasi hal seperti itu?
ReplyDeleteWaalaikum salam, :)
Deleteuntuk mengatasinya, bisa disisipkan melalui perilaku tokoh.
daripada menulis: di sebuah ruangan, si tokoh guru/pak tua bijak memberikan nasihat panjang kepada tokoh utama dg dialog2 petuah panjang,
lebih baik tulis: adegan yang "menunjukkan" perilaku tokoh panutan tersebut.
contoh:
si tokoh bijak sedang membantu orang yg dikenal kerap berlaku kasar.
si tokoh utama melihat, lalu bertanya alasan si tokoh bijak.
si tokoh bijak tersenyum, memberikan jawaban singkat yg langsung ke inti masalah.
.
hal2 seperti di atas, bisa terus dilakukan sepanjang cerita. disisipkan dalam potongan2 adegan yg menyebar di sepanjang cerita. jadi, pembaca bisa mendapatkan hikmah dari 'perbuatan' si tokoh tersebut dan tidak akan merasa bosan (tidak merasa digurui).
.
kira2 begitu. semoga membantu~ :)